Siapa yang datang di objek wisata jambatan aka
(jembatan akar) pasti akan berdecak kagum, siapa tidak kagum dua pohon akar
pohon yang akarnya dihubungkan antar sungai menjadi sebuah jembatan yang bisa
dilalui 10 orang. Inilah dia objek wisata andalan Kabupaten Pesisir Selatan
yang merupakan salah satu jembatan yang terunik di dunia.jembatan yang kuat dan
menjadi penghubung dua daerah antara Jorong (Dusun) Puluik-Puluik dan Lubuak
Silau, Desa Lubuak Silau, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan,
Sumatra Barat.
Jarak lokasi dari Kota Padang sekitar 82
Kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan mobil pribadi,
jalan ini juga bisa menghubungi Muko-muko, Provinsi Bengkulu. Ketika sampai di
lokasi anda harus turun sejauh 50 meter dari jalan raya.
Gemuruh aliran sungai yang jernih akan menambah
keindahan alam di kawasan jembatan akar apalagi batang (sungai) bayang yang
memisahkan dua kampung itu airnya sangat jernih. Konon katanya jika mandi di
bawah jembatan akar tersebut akan cepat dapat rezeki dan jodoh, apakah itu
sudah terbukti? Belum bisa dijawab.
Karena kawasan itu dihanggap keramat, tak salah
jika menjelang puasa banyak yang berdatangan ke kawasan ini untuk balimau
(menyucikan diri menjelang puasa) agar amal yang dilakukan selama bulan puasa
dapat diterima sang kuasa.
Dari informasi yang berhasil dirangkum salah
seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua pemuda Pulik-puluik, Herman Datuak
Rajo Bandaro, jembatan tersebut dibuat karena seorang ulama yang bernama Pakih
Sokan kasihan melihat murid-murid mengajinya dari Pulik-puluik sering tidak
datang karena aliran batang bayang kerap meluap.
"Dulu memang ada jembatan yang dibuat dari
bambu namun sering rusak akibat derunya batang bayang, muncul ide dari guru
Pakih Pohan untuk membuat jembatan dari akar," ujar Herman.
Pada tahun 1916 Pakih Pohan menanam dua batang
jawi-jawi (sejenis pohon beringin yang berdaun lebar), pohon jawi-jawi tersebut
ditanam di dua lokasi satu di daerah Pulik-puluik dan satu lagi di daerah
Lubuak Silau yang dipisahkan dengan batang bayang. Lalu akarnya yang
bergantungan dijalin di batang bambu yang dijadikan jembatan sebagai tulang
jembatan akar. Setelah 3 tahun lamanya akar dua pohon jawi-jawi tersebut
bertaut namun belum bisa dilalui.
Kemudian Pakih Pohan mengadakan acara mandabiah
kambing (potong kambing) dan mandarai aka (memberikan darah pada akar yang bertaut
tersebut). "Ini sebagai tanda syukuran bahwa akar jawi-jawi yang
dihubungkan sudah bertaut, sebagai tanda akan terjadi pertautan kembali,"
tambah Herman. Untuk menjadikan sebuah jembatan yang bisa
dilalui membutuhkan waktu selama 20 tahun maka jembatan tersebut bisa ditempuh
warga Puluik-puluik yang hendak mau ke Lubuak Silau.
Sampai sekarang jembatan tersebut berukuran
panjang 30 meter dan lebar 1 meter dengan ketinggian dari permukaan batang
bayang sekitar 10 meter dan saat ini umur jembatan tersebut sudah 93 tahun dan
masih bisa dilalui warga dari daerah Pulik-puluik sebanyak 25 kepala keluarga
begitu juga warga yang hendak kedaerah Pulik-puluik.
Di bawah jembatan akar tersebut ada ikan
larangan yang tidak boleh dipancing dan diambil, ikan larangan itu berada di
lubuk posisi di bawah jembatan akar itu.
Jika kita buang makanan ikan-ikan tersebut
keluar mengerubungi makanan yang ditebar. Lokasi wisata juga dijadikan tempat
mandi-mandi karena airnya segar dan memiliki batu-batuan serta sering dijadikan
lokasi arung jeram bagi para pencinta alam.
Agar jembatan yang unik ini lebih terawat
Pemkab Pesisir Selatan mengontrak areal tersebut pada Herman Datuak Rajo
Bandaro, satu tahun Pemkab Pesisir Selatan mengontrak lokasi sebagai objek
wisata.
"Pemkab Pesisir Selatan memang mengontrak
daerah ini selama 5 tahun dengan nilai Rp15 juta, dan semua kebersihan serta
perawatan diserahkan sepenuhnya pada warga setempat, tiket masuk senilai
Rp1.500, untuk Rp1.000 disetor kepada Pemkab termasuk honor pembersihnya,
sementara Rp500 untuk sumbangan ke Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di daerah
sini," terangnya.
Selain itu untuk lebih awet dan kuat warga
setempat menjalin akar yang bergantungan ke bawah, namun itu akar yang sudah
dewasa, kalau akar itu masih putih belum bisa dijalin nanti akan mati, jadi
tunggu jika warnanya sudah kuning dan ukuran akar itu sebesar ibu jari dewasa
baru dijalin. Setelah dijalin kemudian akar yang baru dijalin itu ditutupi sama
batang pisang sebagai pendingin, karena makanan akar jawi-jawi tersebut dari
batang pisang.
Sekali sebulan warga memberikan batang pisang
sebagai pupuknya agar lebih kuat dan terawat.
Jika dilihat dari jumlah pengunjung kalau pada hari
libur dan Minggu jumlah pengujung mencapai 200 sampai 500 orang namun jika pada
hari Lebaran jumlah pengujung mencapai 1.000 orang lebih dari berbagai daerah
baik yang ada di Sumatera Barat maupun dari luar. Agar jembatan yang dilalui
para pengunjung tidak putus ada dua warga yang menjaga jembatan tersebut untuk
mengatur orang yang melalui. Hingga kini jembatan itu masih tegar berdiri dari
rangkaian akar pohon jawi-jawi.
0 komentar:
Posting Komentar