JAKARTA,KOMPAS.com--Masyarakat Minang sejak dulu
memiliki banyak khazanah seni pertunjukan kebudayaan yang sangat
populer, tak hanya di ranah Minang, namun di Indonesia. Sekedar beberapa
contoh seni pertunjukan Minang antara lain Randai, Saluang, Talempong,
Ronggeng Pasaman, Rabab Pasisia, Silek, Tari Piring, Tari Payung dan
lain-lain.
Sedangkan Wayang Golek yang merupakan seni pertunjukan
wayang yang terbuat dari boneka kayu. Dengan peralatan penunjang
pertunjukan wayang golek antara lain gamelan Sunda (salendro) terdiri
atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat
boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang
gong (kempul dan goong), ditambah seperangkat kendang (sebuah kendang
Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.
WAYANG GOLEK MINANG
Dalam
rangka memperkaya khazanah seni pertunjukan kebudayaan Minangkabau,
Rumah Budaya Fadli Zon merintis sebuah seni pertunjukan baru yang
dinamakan Wayang Golek Minang pada 21 April 2012 pukul 19.00 wib –
selesai di Rumah Budaya Fadli Zon, Aie Angek Cottage, Jalan Raya Padang
Panjang – Bukittinggi KM 6, Sumatera Barat.
dengan dalang Tizar Purbaya.
Pertunjukan
Wayang Golek Minang merupakan paduan seni wayang golek dengan unsur
kebudayaan minang. Dalam pertunjukan Wayang Golek Minang, cerita, lakon,
pakaian, musik dan wayang yang ditampilkan bernuansa Minang. Ada
talempong dan saluang menggantikan gamelan. Sang Dalang pun harus
memiliki pengetahuan tentang kebudayaan Minangkabau. Gagasan ini lahir
atas inisiatif Fadli Zon dan Tizar Purbaya, tokoh wayang golek Betawi.
Mudah-mudahan, wayang golek Minang akan menjadi media baru yang
memperkaya variasi seni pertunjukan di Sumatera Barat.
Untuk kali
pertama, Wayang Golek Minang menampilkan cerita rakyat yang sudah
dikenal luas, Malin Kundang. Cerita Malin Kundang adalah sebuah legenda
yang sarat hikmah dan pelajaran hidup universal. Seorang anak harus
berbakti pada Ibu yang telah melahirkan dan merawat, jangan sombong,
takabur dan durhaka. Lebih jauh, penafsiran bisa menjangkau ranah yang
lebih luas. Mereka yang merantau, jangan lupa kampung halaman.
Intelektual yang telah belajar melanglang buana, janganlah menjadi
intelektual Malin Kundang yang lupa diri, lupa identitas.
BIOGRAFI TIZAR PURBAYA
Tizar
Purbaya lahir di Banten pada 1950. Ia dikenal sebagai pelopor Wayang
Golek Betawi, aktor dalam sejumlah film dan dibesarkan dari dunia
teater. Belajar mendalang dari Cakra Hudaya, Tizar mulai melakukan
pentas pertamanya di Gelanggang Olahraga Remaja Jakarta Selatan pada
1974. Pada Pekan Wayang Indonesia ke-2, Maret 1974, di Pusat Kesenian
Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Tizar mendemonstrasikan pertunjukan
wayang dengan bahasa Indonesia selama dua jam.
Tizar pernah
bekerjasama dengan Utta Wickert menulis buku wayang dalam bahasa Inggris
dan Jerman, diterbitkan PT Intermasa Jakarta. Mereka juga membuat
biografi Tizar Purbaya dalam bahasa Jerman berjudul "Im Jahr der
Schlange." Buku tersebut merupakan buku terbaik dalam bahasa Jerman pada
tahun 1972, kemudian dipublikasikan juga di Belanda, Swedia, dan
Perancis.
Selain aktif mendalang di dalam negeri, Tizar juga
seringkali mendapatkan undangan mendalang di luar negeri. Negara yang
pernah disinggahinya antara lain Singapura, Filipina, Malaysia,
Thailand, Jepang, India, Belanda, Jerman, Amerika Serikat , dan masih
banyak lagi.
0 komentar:
Posting Komentar